Minggu, 28 April 2013

Cerita Secangkir Kopi 1




CERITA SECANGKIR KOPI

Menelesuri sejarah kopi, akan ditemukan beberapa versi.  Berawal dari abad ke-9 masehi, seorang penggemar bala kambing di Abessynia (sekarang Ethiopia) yang menemukan tumbuhan kopi sewaktu ia menggembala. Kemudian menyebar ke daratan Mesir dan Yaman, dan pada abad ke-15 mulai menjangkau ebih  luas lagi ke Persia, Mesir, Turki, dan Afrika utara.

Versi lain masih dari Ethiopia dumulai dari Ali al-Shadili yang gemar meminum sari biji kopiuntuk membuatnya tetap terjaga demi menjalankan shalat malam. Dari sinilah akhirnya khasiat kopi menyebar sebagai minuman penghilang kantuk. Selanjuatnya pada penyebarannya, kopi masih belum diterima oleh sebagian orang, karena efek rangsangan yang ditimbulkannya. 

Pada tahun 1511, para imam konservatif orthodox di Majelis Keagamaan di Mekah melarang penggunaannya. Tetapi karena popularitas minuman ini, maka tahun 1524 larangan tersebut dihilangkan atas perintah Sultan Selim I dari kesultanan Utsmaniyah – Turki. Namun perjalanan kopi masih tidak mulus juga. Di Wazir dan Kofri – kerajaan Utsmaniayah, tahun 1656 mengeluarkan larangan untuk membuka kedai – kedai kopi. Bukan hanya melarang, tetapi menghukum orang-orang yang minum kopi dengan hukuman cambuk.

Ketika kopi menyebar ke Eropa, minuman ini mulai diterima dan menjadi popular selama abad ke – 17. Orang Belanda adalah yang pertama kali mengimpor kopi dalam skala besar di Eropa. Pada suatu waktu menyelundupkan bijinya pada tahun 1690, karena tanaman atau biji mentahnya tidak dizinkan keluar kawasan Arab. Ini kemudian berlanjut pada penanaman kopi di Jawa oleh orang Belanda. 

Penyebaran kopi di Amerika sendiri, awalnya tidak sesukses di Eropa, karena dianggap kurang bisa menggantikan alkohol. Tetapi selama Perang Revolusi, permintaan terhadap kopi meningkat tinggi, sampai-sampai para penyaur harus membuka persediaan cadangan dan menaikkan harganya secara dramatis.  Sebagian hal ini dikarenakan menurunnya persediaan the oleh pedagang Inggris, sehingga mereka beralih ke kopi.

(berlanjut ke halaman berikutnya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar